DESABalun di Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur dinobatkan sebagai Desa Wisata Pancasila, karena sikap masyarakatnya yang menjunjung persatuan meski berbeda keyakinan.Desa ini didiami oleh pemeluk Islam, Hindu, dan Kristen. Tapi, mereka hidup saling berdampingan, rukun, dan sangat menghargai satu sama lain.

LAMONGAN, - Setiap 1 Juni diperingati warga di seluruh Indonesia sebagai Hari Lahir Pancasila. Beberapa tahun masyarakat mengenal Desa Balun di Kecamatan Turi, Lamongan, dengan julukan 'Desa Pancasila'. Julukan yang disematkan bukan secara tiba-tiba, melainkan atas Kebinekaan dan toleransi beragama yang terjaga dengan baik di desa juga Terima Dosis Vaksin PMK, Pemkab Lamongan Prioritaskan untuk Sapi Potong Desa Balun terletak tidak jauh dari poros Jalur Pantura Lamongan atau sekitar 1 kilometer dari Jalan Raya Surabaya-Tuban. Desa tersebut dihuni oleh warga dengan penganut agama Islam, Kristen dan Hindu, yang telah hidup berdampingan secara rukun dan damai. Kerukunan kehidupan umat beragama ini, sudah berlangsung setengah abad lebih. Bahkan, keharmonisan umat beragama yang terjadi di Desa Balun tergambar dari letak tempat ibadah umat Islam, Kristen dan Hindu, yang berada dalam area tidak jauh dari lapangan, atau sekitar 200 meter dari balai desa masjid Miftahul Huda, Gereja Kristen Jawi Wetan, dan juga Pura Sweta Maha Suci. Baca juga Finis di Posisi Ke-10, Ananda Rigi, Pebalap Asal Lamongan, Penuhi Target di MXGP Samota ARFAH Masjid Miftahul Huda yang terletak berdampingan dengan Pura Sweta Maha Suci di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan, Jawa Timur. *** Local Caption *** Masjid Miftahul Huda yang terletak berdampingan dengan Pura Sweta Maha Suci di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan, Jawa Timur. Masjid Miftahul Huda yang biasa digunakan warga muslim di Balun, terdapat di sebelah barat lapangan. Hanya terpisah oleh jalan lingkungan selebar empat meter, berdiri Pura Sweta Maha Suci yang merupakan tempat ibadah bagi umat Hindu desa setempat. Sementara bangunan gereja bagi tempat ibadah warga Kristen, terletak berhadapan dengan masjid Miftahul Huda, sekitar 70 meter menghadap ke arah barat. Baca juga Besok Pilkades Serentak 61 Desa di Lamongan, Polisi Siapkan Tim Khusus Tindak Pengacau Tidakhanya itu, di Lamongan juga terdapat desa dengan memiliki 3 agama ialah desa Balun, kecamatan Turi, Lamongan. Desa ini memiliki 3 agama yaitu kristen, hindu, dan islam. Mayoritas masyarakatnya memeluk agama islam. Tempat ibadah 3 agama di desa Balun itu berdekatan antar satu dengan lainnya. - Sebuah rumah tempat ibadah di Dusun Jirekan, Desa Balungtawun, Kecamatan Sukodadi, Lamongan, Jawa Timur, ditutup sementara karena berdiri di atas tanah sengketa. Penutupan sementara tempat ibadah itu dilakukan pemerintah kecamatan berdasarkan fatwa dari Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB. Fatwa tersebut menyebutkan bahwa tanah yang masih dalam sengketa dilarang dipakai tempat beribadah dalam bentuk apa pun."Sesuai dengan fatwa dari FKUB, tempat ibadah yang masih dalam sengketa tidak diperkenankan untuk dipakai ibadah apa pun bentuknya," ujar Camat Sukodadi, Ali Murtadho yang mendampingi warga di depan rumah ibadah itu, sebagaimana dilansir dari Surya Online, Minggu malam 16/4/2023. Baca juga Minta Uang ke Pengusaha dengan Modus Pembangunan Rumah Ibadah, Pria di NTT Ditangkap Karena berdiri di atas tanah sengketa, rumah ibadah itu disesalkan warga. Akibatnya, warga mendatangi rumah ibadah itu dan meminta para jemaahnya pergi dengan baik-baik. Lebih lanjut Ali menjelaskan, fatwa FKUB itu juga menyatakan bahwa pendirian tempat ibadah di atas tanah sengketa adaah tidak sah. Kemudian pihaknya bersama Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan Forkopimcam Sukodadi melakuk pertemuan dan mediasi. Hasilnya tempat ibadah tersebut ditutup sementara. Ia juga mengatakan, hingga saat ini belum ada kejelasan seperti apa yang akan dibangun di tanah sengketa itu karena memang belum ada izinnya."Menindaklanjuti fatwa FKUB tersebut, kami menutup tempat ibadah ini," tandas Ali. Ali mengatakan, tidak ada larangan bagi warga untuk beribadah asalkan berdiri di atas tanah yang statusnya sudah jelas. Kalau statusnya sudah jelas, lanjut Ali, maka umat diperbolehkan kembali untuk beribadah di tempat tersebut. "Kalau nanti semua syaratnya terpenuhi, silakan dipakai kembali," tandasnya. Sementara itu, salah satu toko masyarakat, Muhammad Kusnan, masih dilansir Surya Online, menyatakan bahwa ada ahli waris yang tidak setuju rumah ibadah di tanah tersebut difungsikan. Sebab, tanah tersebut masih jadi rebutan beberapa ahli waris. Baca juga Polresta Bandung Beri Izin Sementara Gereja HKBP Gunakan Ruko untuk Tempat Ibadah Bahkan, kata Kusnan, ratusan warga membubuhkan tanda tangan menolak tempat ibadah tersebut. "Sekitar 400 warga memberi tanda tangan untuk menolak pembangunan rumah ibadah ini. Sementara saya sendiri mendapat mandat dari dua ahli waris yang menolak," katanya. Berita ini sudah tayang di Surya Online dengan judul Sesalkan Rumah Ibadah Berdiri di Atas Tanah Sengketa, Warga Lamongan Sepakat Ditutup Sementara Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sebelummengumpulkan informasi di Desa Balun, tiga anggota tim ini diterima Bupati Lamongan, Fadeli bersama Sekkab, Yuhronur Efendi dan sejumlah Kepala OPD di ruang kerja bupati, Senin (17/06). Kepada Bupati Fadeli, salah satu anggota tim kajian, Martin Lukito Sinaga menuturkan jika Desa Balun mungkin bisa jadi model demokrasi yang tidak pakai

Agama memiliki pengaruh besar terhadap budaya di Indonesia. Tengok saja Bali dengan ukiran-ukiran dewa Hindu, ataupun Suku Jawa yang kental akan nuansa Islam berkat Wali Songo. Keberagaman ini menjadi salah satu inspirasi bagi Desa Balun Lamongan untuk hidup berdampingan satu sama lain. Sebelum menjadikan tempat ini sebagai destinasi wisatamu, yuk simak artikel di bawah ini! Terkenal dengan Sebutan Desa Pancasila Senja di Desa Balun via instagram/aryo_sattriaDesa Balun merupakan satu kawasan pemukiman, di mana warganya tinggal berdampingan walau berbeda agama. Keberagaman ini membuat sebagian orang menjulukinya sebagai Desa Pancasila. Jika ingin berkunjung, kamu bisa langsung menuju ke Kecamatan Turi, sekitar 4 kilometer dari Lamongan. Desa Balun via Royong dan Tenggang Rasa dalam Perayaan Keagamaan Gotong Royong antar warga via instagram/dhany_aristyaDesa ini juga memiliki berbagai kegiatan perayaan agama. Uniknya, aktivitas ini dilaksanakan oleh berbagai elemen tanpa memandang latar belakang mereka. Kamu bakal kesulitan menebak keyakinan seseorang sebab semuanya berpartisipasi dalam berbagai kegiatan agama, walau hanya terbatas di penyeleggaraannya saja. Untuk ibadahnya dilakukan sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Kegiatan warga via Religi yang Seru dan Menarik Salah satu Ogoh-ogoh dalam festival via instagram/arif_jt003Salah satu kegiatan yang menjadi daya tarik wisatawan adalah Festival Ogoh-ogoh. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai rangkaian dalam perayaan Hari Raya Nyepi. Tak hanya itu, agenda keagamaan lain seperti Natal dan Idul Fitri juga ramai dikunjungi. Toleransi terhadap keberagaman menjadi hal yang patut untuk disaksikan secara langsung di sini. Malam takbiran di Desa Balun via instagram/azifaamTempat Ibadah yang Terletak Berdampingan Masjid Miftahul Huda via instagram/atuuusKeunikan lain yang bisa kamu temui di Desa Balun adalah letak tempat ibadah yang berdekatan. Meskipun begitu, kegiatan agamanya tidak saling mengganggu meskipun menggunakan pengeras suara. Rencananya, di tengah-tengahnya akan dibangun alun-alun dan akan menjadi ikon wisata bagi kawasan ini. Kegiatan keagamaan di Pura via instagram/insta_lamonganLiburan di Desa Balun bisa membuat kita paham dengan nilai toleransi antar agama. Tentu saja kawasan ini bisa menjadi tujuan saat berlibur di Lamongan. Jadi tunggu apa lagi? Yuk berangkat! Advertisement Tags Indonesia Jawa Timur Lamongan

Pelaksanaanperaturan pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang desa pada proses penyusunan rancangan pembangunan jangka menengah desa (rpjmdes) Di Desa Triharjo Kecamatan
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Desa Balun terletak di Kecamatan Turi, Lamogan, Jawa Timur. Sekitar dua kilometer dari pusat Kota Lamongan. Desa ini mendapat julukan "Desa Pancasila", karena di sini hidup rukun tiga agama yaitu Islam, Kristen, dan Hindu selama puluhan tahun. Tempat ibadahnya saling berdekatan satu dengan Singkat Desa BalunAsal mula Desa Balun berasal dari keberadaan seorang tokoh atau sesepuh yang bernama Mbah Alun. Beliau adalah seorang cendikiawan muslim yang dikenal sebagai Sunan Tawang Alun I atau Mbah Sin Arih. Konon adalah Raja Blambangan bernama Bedande Sakte Bhreau Arih yang bergelar Raja Tawang Alun I yang lahir di Lumajang tahun 1574 dan wafat sekitar tahun 1654 Masehi. Dia merupakan anak dari Minak Lumpat yang menurut buku babat sembar adalah keturunan Lembu Miruda dari Majapahit Brawijaya. Mbah Alun belajar mengaji di bawah asuhan Sunan Giri IV Sunan Prapen. Beliau merupakan orang yang ditugaskan para Wali untuk menyebarkan Agama Islam di kawasan yang saat ini dinamakan Desa Balun, Lamogan dan sekitarnya. Mbah Alun sendiri dikenal sebagai sosok yang cerdas dan memiliki pengetahuan tinggi tentang agama. Selain itu ia merupakan orang yang terkenal memiliki sifat toleransi yang tinggi terhadap sesama manusia, budaya, agama, dan perbedaan lainnya. Oleh sebab itu namanya diabadikan sebagai Desa Balun yang kemudian dikenal saat ini. Asal Muasal Desa PancasilaSekitar tahun 1967, masuknya paham agama Kristen dan Hindu tidak bisa dilepaskan dari peristiwa pemberontakan G 30S PKI. Berawal dari pembersihan orang-orang yang terindikasi dan terlibat PKI sehinga terjadi kekosongan perangkat desa pada saat itu. Pak Batih merupakan prajurit yang ditunjuk menjadi pejabat sementara di Desa Balun. Beliau adalah tokoh sentral penyebaran Agama Kristen di desa ini. Selain itu di waktu yang bersamaan, juga masuk pembawa ajaran agama Hindu yang datang dari desa sebelah yaitu Plosowayuh. Adapun tokoh sesepuh Hindu adalah bapak Tahardono kedua ajaran agama ini tidak sama sekali menimbulkan gejolak sosial di masyarakat. Hal itu disebabkan kondisi sosial di Desa Balun yang unik dan tingkat toleransi masyarakat yang tinggi. Setiap perpindahan keyakinan sangat lumrah terjadi. Orang yang berpindah keyakinan biasanya tanpa paksaan dan lebih kepada ketertarikan masing-masing individu, atas ajaran tersebut. Karena kedewasaan itu, sendi-sendi kehidupan di sana sangat selaras, rukun dan harmonis, sehingga desa ini dijuluki Desa Desa Balun Secara umum, sekitar 75% masyarakat yang ada di Desa Balun adalah pemeluk agama Islam, 18% agama Kristen dan 7% agama Hindu. Selain tempat ibadah yang berdekatan, hal menarik yang patut diteladani yaitu kerukunannya. Ketika umat muslim sedang melaksanakan peribadatan dan perayaan hari besar, para remaja Kristen dan remaja Hindu membantu pengamanan ibadah, biasanya menjaga motor atau mobil yang terparkir di halaman Masjid. Begitupun sebaliknya, ketika umat Kristen dan Hindu sedang merayakan peribadatan atau perayaan hari besarnya, umat Islam hanya membunyikan speaker dalam untuk pengajian terkecuali adzan dan menjaga keamanan dan ketertiban di sekitar. Setiap program atau kebijakan yang dicanangkan oleh Kepala Desa dilaksanakan dengan bergotong-royong tanpa memandang keyakinan satu sama lain. Kolaborasi menjadi semangat penting pembangunan di desa ini. Tercatat sangat minim sekali konflik yang terjadi antar umat beragama di Desa penuturan dari Bapak Khusyairi selaku Kepala Desa Balun saat ini, "Konflik yang terjadi di desa ini hanya pada ranah media sosial, misalnya Facebook. Beberapa kali terjadi hal sepeti itu, tetapi kami punya formulasi jitu untuk mengatasinya. Setiap ada ketegangan yang terjadi di media sosial, biasanya antar remaja tentu saja kami langsung memanggil orang-orang yang bersitegang untuk berdialog mengundang pemuka agama dan orang tua dari masing-masing orang tersebut, dan alhamdulillah sampai saat ini semuanya bisa terselesaikan dengan baik."Setiap bulannya di desa ini juga rutin diadakan ngopi bareng pemuka agama, baik Islam, Kristen dan Hindu. Upaya ini dilakukan semata-mata untuk mempererat hubungan antar umat beragama. Selain membicarakan tentang kondisi masyarakat Balun, para pemuka agama ini juga sering berkelakar sambil diskusi tentang kondisi perpolitikan yang menghangat akibat isu SARA yang belakangan ini menjadi polemik di berbagai media nasional. Program ngopi bareng ini terbukti ampuh, menjadi sarana perekat persatuan dan kecintaan mereka terhadap negeri. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya
DownloadCitation | Tempat Ibadah Tangguh Era New Normal Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan | Kehidupan manusia di seluruh dunia berubah. Perubahan ini akibat virus covid-19 yang memaksa
Agama memiliki pengaruh besar terhadap budaya di Indonesia. Toleh tetapi Bali dengan ukiran-ukiran dewa Hindu, alias Suku Jawa yang kental akan nuansa Selam berkat Wali Songo. Keberagaman ini menjadi salah satu inspirasi untuk Desa Bergulung-gulung Lamongan lakukan hidup berdekatan satu sama lain. Sebelum menjadikan kancah ini bagaikan destinasi wisatamu, yuk simak artikel di radiks ini! Tenar dengan Sebutan Desa Pancasila Senja di Desa Balun via instagram/aryo_sattria Desa Berpuntal-puntal merupakan satu negeri pemukiman, di mana warganya tinggal berdampingan walau berbeda agama. Tipe ini membentuk sebagian khalayak menjulukinya sebagai Desa Pancasila. Jika ingin berkunjung, anda boleh langsung berorientasi ke Kecamatan Turi, sekitar 4 kilometer bersumber Lamongan. Desa Balun via Gotong Royong dan Tenggang Rasa dalam Perayaan Keagamaan Gotong Royong antar penduduk via instagram/dhany_aristya Desa ini pun memiliki berbagai kegiatan perayaan agama. Uniknya, aktivitas ini dilaksanakan oleh heterogen elemen tanpa memandang bidang belakang mereka. K amu bikin kesulitan menebak religiositas seseorang sebab semuanya berpartisipasi dalam berbagai kegiatan agama, walau hanya adv minim di penyeleggaraannya saja. Untuk ibadahnya dilakukan sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Kegiatan warga via Festival Religi nan Seru dan Menarik Salah suatu Ogoh-ogoh dalam festival via instagram/arif_jt003 Salah satu kegiatan nan menjadi sosi tarik wisatawan adalah Festival Ogoh-ogoh. Kegiatan ini dilaksanakan misal pernah dalam perayaan Musim Raya Nyepi. Tak doang itu, agenda keagamaan lain seperti mana Natal dan Idul Fitri juga ramai dikunjungi. Toleransi terhadap keberagaman menjadi kejadian yang memadai bagi disaksikan secara spontan di sini . Lilin lebah takbiran di Desa Balun via instagram/azifaam Arena Ibadah yang Terletak Berdampingan Langgar Miftahul Huda via instagram/atuuus Keunikan bukan yang bisa kamu temui di Desa Balun yaitu letak tempat ibadah yang berdekatan. Walaupun serupa itu, kegiatan agamanya tidak ubah mengganggu meskipun menggunakan pengeras suara. Rencananya, di perdua-tengahnya akan dibangun lapangan dan akan menjadi ikon wisata bagi kewedanan ini. Kegiatan keagamaan di Pura via instagram/insta_lamongan Perlop di Desa Balun bisa mewujudkan kita perseptif dengan poin toleransi antar agama. Tentu sekadar kawasan ini dapat menjadi tujuan saat berlibur di Lamongan. Jadi tunggu apa kembali? Marilah berangkat! Advertisement Tags Indonesia Jawa Timur Lamongan DesaWisata Religi Desa Balun, 3 Pemeluk Agama Hidup Damai Berdampingan Ikon Kabupaten Lamongan Desa Balun sangat layak menyandang sebagai Desa Wisata Religi. Karena sudah memiliki embrio, kebudayaan dan kesenian yang bisa menarik wisatawan. Desa Balun Lamongan di nobatkan sebagai Desa Wisata Religi
Lamongan - Toleransi di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan terpupuk dengan baik. Desa ini dikenal masyarakat dengan sebutan Desa Pancasila. Sebutan ini terpatri karena sikap toleransi masyarakatnya yang tinggi meski berbeda desa ini didiami pemeluk agama Islam, Hindu, dan Kristen yang rumah ibadahnya berdampingan. Sebutan sebagai Desa Pancasila memang sudah lama disematkan ke desa yang hanya berjarak sekitar 4 km dari pusat kota Lamongan ini bermula ketika banyak mahasiswa dan peneliti yang datang ke desa. Mereka datang untuk meneliti keunikan desa dengan 3 agama yang masyarakatnya hidup rukun, damai dengan toleransi yang tinggi. "Sebutan sebagai Desa Pancasila ini bermula ketika banyak mahasiswa dan peneliti yang datang ke desa ini dan menyebutnya sebagai Desa Pancasila karena rukunnya 3 umat berbeda agama di sini," kata salah seorang warga Desa Balun, Sutrisno, Selasa 8/6/2022.Gereja yang lokasinya bersebelahan dengan tempat ibadah lain di Desa Pancasila Lamongan Foto Eko Sudjarwo/detikJatimSementara itu, Kepala Desa Balun, Kusyairi mengatakan, ada 3 agama yang hidup berdampingan di desanya, yaitu Islam, Kristen dan Hindu. Rumah ibadah ketiga umat beragama ini pun berdampingan dan hanya dipisahkan lapangan dan jalan sini ada Masjid Miftahul Huda dengan menara dan arsitekturnya yang indah. Masjid ini baru diresmikan Bupati Lamongan Yuhronur Efendi pada Selasa 7/6/2022 malam. Di sebelah masjid, ada bangunan Pura Sweta di seberang masjid yang hanya dipisahkan oleh lapangan desa, berdiri Gereja Kristen Jawi Wetan GKJW."Setiap tahun rutin kita juga menggelar peringatan Hari Lahir Pancasila yang dihadiri tokoh dan umat lintas agama, dan untuk tahun ini baru kita gelar pada Selasa malam 7/6/2022," kata Mbah Alun, Tokoh Penting di Desa Balun
2Tawarikh 3:1-14. Pembangunan Bait Allah di Gunung Moria, di Yerusalem telah dimulai. Ukurannya sangat besar, panjang 27 meter, lebar 9 meter, dan tinggi 54 meter (1-4). Ruang Maha Kudus dilapisi emas seberat 20 ton (ayat 8). Paku-pakunya terbuat dari emas (9). Permata-permata mahal dipakai sebagai perhiasan. Kayu yang dipergunakan adalah kayu
IP9Q9.
  • 86w3av3dd6.pages.dev/228
  • 86w3av3dd6.pages.dev/63
  • 86w3av3dd6.pages.dev/144
  • 86w3av3dd6.pages.dev/278
  • 86w3av3dd6.pages.dev/291
  • 86w3av3dd6.pages.dev/61
  • 86w3av3dd6.pages.dev/117
  • 86w3av3dd6.pages.dev/248
  • 86w3av3dd6.pages.dev/334
  • apa pesona pembangunan tempat ibadah di desa balun lamongan